JURNAL MENEGANI STRUKTUR
KINERJA
STRUKTUR PORTAL TERBUKA BETON BERTULANG
TERHADAP
BEBAN LATERAL
ABSTRAK
Kejadian gempa bumi telah banyak menyebabkan
runtuhnya dan robohnya bangunan beton bertulang terutama rumah dan gedung.
Salah satu penyebabnya adalah banyaknya bangunan dibawah tujuh lantai termasuk
rumah di bangun tanpa mengikuti peraturan yang ada. Sehingga pada saat gempa
terjadi, bangunan tersebut mengalami kerusakan. Penelitian ini akan mencakup
aspek pengujian dan analitis. Uji eksperimental dilakukan pada satu portal terbuka
yang memiliki satu bentang dan satu tingkat dengan skala model setengah.
Kerusakan yang terjadi berupa retak lentur, geser dan rompal pada beton kolom
dan sambungan balok kolom. Kerusakan akibat beban lateral diperbaiki dan diuji
kembali terhadap beban lateral. Perbaikan portal dilakukan hanya pada beton
yang rusak akibat beban lateral. Pembebanan yang diaplikasikan adalah dalam
bentuk beban lateral siklik sebagai simulasi beban gempa. Tujuan dari
eksperimen ini diharapkan bisa diperoleh kinerja portal beton bertulang sebelum
mengalami kerusakan (portal terbuka/portal utuh) dan portal setelah mengalami
kerusakan kemudian diperbaiki (portal perbaikan). Dari analisis hasil
pengujian, diperoleh kapasitas lateral portal utuh dan portal perbaikan relatif
sama. Tetapi, kekakuan dan kemampuan mendisipasi energi serta daktilitas portal
utuh lebih besar dibandingkan portal perbaikan. Hal ini menunjukan bahwa
kinerja portal utuh tetap lebih baik dibandingkan portal perbaikan.
Kata Kunci : Portal terbuka, Portal Perbaikan,
Perilaku Histeresis, Disipasi energi, dan Daktilitas.
1. PENDAHULUAN
Kejadian gempa bumi telah banyak
menyebabkan runtuhnya dan robohnya sarana struktur gedung dan rumah yang
menelan korban jiwa dan materil. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya
bangunan dibawah tujuh lantai termasuk rumah di bangun tanpa mengikuti
peraturan yang ada. Sehingga pada saat gempa terjadi, bangunan tersebut
mengalami kerusakan.
Penelitian ini akan mencakup
aspek pengujian dan analitis. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian
portal beton bertulang tanpa adanya dinding pengisi (portal terbuka) terhadap
beban lateral gempa. Portal beton yang rusak akibat beban lateral gempa
diperbaiki. Selanjutnya dilakukan pengujian portal perbaikan terhadap beban
lateral gempa. Perbaikann portal hanya dilakukan pada betonnya saja. Dari hasil
pengujian tersebut diharapkan bisa diperoleh kinerja dari portal beton
bertulang sebelum mengalami kerusakan (portal utuh) dan setelah mengalami perbaikan
(portal perbaikan) terhadap beban lateral.
2. STUDI
PUSTAKA
2.1 Riset Terdahulu Pengujian Portal Perbaikan
[Stoppenhagen et al , 1995]
Pengujian perilaku portal beton
bertulang yang diperbaiki telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pengujian ini
dilakukan dengan faktor skala benda uji 2/3 kali prototype bangunan beton
bertulang 7 lantai, rangka dua bentang yang mewakili lantai ke tiga, empat dan
lima dari gedung 7 lantai yang direncanakan terhadap beban gempa sesuai dengan
peraturan UBC 1955 (dilihat pada Gambar 2.1). Mutu beton rencana adalah 3000
psi dengan mutu tulangan kolom 60 psi dan lainnya 40 psi. Dimensi dan detail
penulangan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Setelah pengetesan kolom pada
lantai pertama mengalami kerusakan berat dengan pengelupasan beton yang berat
dan retak geser memperluas sepenuhnya melalui kolom. Lebar retak dalam kolom
mencapai 0.5 in, ujung kolom mempunyai perpindahan permanen sebesar 3 in pada
lantai pertama. Kolom lantai kedua mengalami kerusakan yang lebih ringan. Balok
tidak mengalami kerusakan berat, retak menutup kembali saat beban dilepaskan.
Kerusakan kolom lantai pertama bisa dilihat pada Gambar 2.3.
Model (benda uji) rangka beton
bertulang dengan kerusakan berat pada kolom yang diperbaiki dengan cara membungkus
kolom lama dengan kolom baru. Kerusakan terdiri dari kerusakan retak geser
berat dan rompal pada kolom beton.
Untuk memperbaiki kerusakan pada
kolom tersebut maka kolom baru direncanakan untuk meningkatkan kapasitas
lateral dari rangka beton bertulang dan mengalihkan mode kegagalan dari
kegagalan geser pada kolom menjadi kegagalan lentur pada balok. Metoda yang
dipilih didesain untuk memperbaiki kolom dan meningkatkan kekuatan dari kolom
untuk menahan beban gempa saat ini. Kolom yang rusak dibungkus dengan kolom
baru yang berisi tulangan longitudinal dan geser. Dalam kasus ini, interaksi
antara balok dan kolom baru sangat penting untuk mentransfer kegagalan ke
balok. Balok dikasarkan dengan palu beton elektrik untuk meningkatkan interaksi
antara kolom beton yang baru dengan balok. Lubang dibor melalui balok sehingga
tulangan geser kolom menerus melalui balok. Konsep perbaikan dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Semua desain mengacu kepada ACI 318-83. Selain untuk merancang
portal untuk menahan beban lateral yang diperlukan peraturan saat ini, kolom
dirancang untuk menahan beban lateral yang dihasilkan pada sendi plastis balok.
Sesuai dengan persyaratan ACI untuk rangka beton bertulang daktail. Kekuatan
kolom didesain 1.2 kali kekuatan
Hasil uji rangka beton bertulang
terhadap beban lateral siklik menghasilkan bahwa kolom berhasil diperbaiki, dan
mekanisme kegagalan berhasil dialihkan dari kegagalan kolom akibat geser
menjadi kegagalan lentur pada balok. Dari hasil uji menunjukan bahwa kekuatan
lateral rangka beton bertulang yang mengalami rusak berat tidak hanya berhasil
dikembalikan namun meningkat untuk memenuhi kekuatan rencana yang dibutuhkan
peraturan saat ini.
Kapasitas lateral portal perkuatan
adalah sekitar limakali kapasitas lateral yang dihitung dari portal asli dan
dua kali lebih besar dari beban lateral gempa UBC 1982. Kekakuan awal portal
yang diperbaiki kurang lebih sama dengan kekakuan portal asli, meskipun
kekakuan kolom secara teoritis meningkat lima kali.
hal ini setidaknya disebabkan
oleh rusaknya ikatan tulangan longitudinal balok yang disebabkan oleh berbagai
siklus beban dari tes sebelumnya pada model. Perbaikan ikatan tulangan
longitudinal pada balok, dengan injeksi epoxy, mungkin akan memperbaiki kinerja
dari struktur perbaikan Modifikasi terhadap detail penulangan dibuat untuk mempermudah
pelaksanaan tidak mengurangi efektivitas dari detail tersebut. Pada pengamatan
kapasitas lateral portal selama pengujian, tegangan pada tulangan longitudinal
dan transversal dari kolom rendah, menunjukan bahwa kolom berada jauh dibawah
kapasitasnya. Lebar retak pada beban ini didukung pengamatan ini. Penulangan
kolom didesain sesuai dengan ACI 318 berhasil memperkuat kolom untuk
meningkatkan kapasitas dan kinerja dibawah beban siklik.
Pengamatan pola retak dan
perubahan tegangan dalam tulangan transversal menunjukkan bahwa torsi karena
lokasi eksentrik dari balok ke kolom perkuatan harus dipertimbangkan dalam
desain. Pengamatan interaksi yang sangat bagus antara portal eksisiting yang
rusak dan beton kolom perbaikan sangat penting bagi keberhasilan metoda
perbaikan. Semua indikasi menunjukkan bahwa seluruh bagian kolom berperilaku
monolit. Interaksi memungkinkan transfer gaya antar lantai dan antara berbagai
elemen portal. Interaksi mengalihkan mode kegagalan dari kegagalan geser pada
kolom menjadi kegagalan lentur pada balok.
3. PROGRAM PENGUJIAN
Prototipe yang dipilih adalah
bangunan beton bertulang dengan 3 bentang tipikal seperti yang disajikan pada
Gambar 3.1. Prototype didesain dengan peraturan beton.
Indonesia yang memiliki korelasi
dengan peraturan ACI 318-99 dengan detail penulangan mengacu pada kategori
SRPMM. Benda uji yang diteliti
merupakan portal satu bentang dengan lapis paling atas dari prototipe bangunan
dan menggunakan faktor skala benda uji (model) setengah kali dari prototip. Pemilihan
faktor skala didasarkan pada pertimbangan kemampuan pembebanan uji alat (loading frame dan actuator) dan luas area yang tersedia dilaboratorium. Pengujian
dengan skala yang sama dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa
peneliti seperti mehrabie et al. (1996), dan Ghassan Al-Chaar et al. (2002).
Setiap benda uji (model) memiliki tinggi portal sebesar 1500 mm dengan tipikal
bentang adalah 1500 mm atau memiliki aspek ratio (h/L)sebesar 1.
Pada penelitian ini strain gauges
digunakan untuk mengukur regangan yang terjadi pada baja tulangan, baik baja
tulangan lentur maupun geser. Lokasi pemasangan strain gauges dapat dilihat
pada Gambar 3.2.
LVDT adalah alat yang digunakan
untuk mengukur perpindahan yang terjadi pada bagian-bagian tertentu benda uji.
LVDT digunakan untuk megukur perpindahan yang terjadi. Lokasi Pemasangan LVDT
dpat dilihat pada Gambar 3.3.
Setup pengujian dirancang sesuai
dengan kondisi beban lateral di berikan oleh alat servocontrolled hidraulic actuator yang memiliki kapasitas 1000 KN
dan stroke sebesar
± 100 mm, untuk mentransfer gaya tarikan pada benda uji portal arah yang
berlawanan maka pada balok dipasang 4 streel
rod yang kaku berdiameter 25 mm yang dihubungkan dengan profil rangka baja
yang menjaga agar pembebanan pseudo-static
terjadi hanya pada bidang portal (in-plane)
. Setup pengujian dapat dilihat pada Gambar 3.5. Setup pengujian portal
dilaboratorium dilihat pada Gambar 3.6.
Beban siklik yang diaplikasikan
pada specimen mengacu pada rekomendasi ACI 374.1-05. Rencana pembebanan siklik
pada portal beton bertulang dapat dilihat pada Gambar 3.7.
4. EVALUASI HASIL PENGUJIAN
4.1 Evaluasi hasil Pengujian Material.
Pada saat pengecoran beton dari campuran beton
tersebut diambil untuk dibuat benda uji silinder ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm untuk pengujian kuat tekan beton. Nilai kuat tekan rata-rata beton
yang didapatkan pada umur tes adalah sebesar 30 MPa. Berdasarkan model hubungan
tidak terkekang digambarkan dengan menggunakan referensi Park & Paulay,
hal.13 didapat grafik tegangan-regangan untuk beton mutu 30 Mpa. Pada saat
tegangan maksimum 30 Mpa didapat regangan 0.0023. Grafik hubungan tegangan-
regangan untuk beton dapat dilihat pada Gambar 4.1
Tulangan untuk portal beton
bertulang digunakan 3 jenis diameter baja tulangan yaitu 6,13,16 mm. Tulangan
kemudian dites tarik untuk memperoleh tegangan leleh dan tegangan putusnya.
Rangkuman hasil pengujian disajikan pada Tabel 4.1. Berdasarkan rumus
menegotto-pinto dengan bantuan program Xtract diperoleh hubungan
tegangan-regangan baja tulangan seperti terlihat pada Gambar 4.2. Nilai
tegangan-regangan, dan modulus elastisitas baja tulangan dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
4.2.1 Perilaku Histeresis Benda Uji Portal Utuh
Terhadap Beban lateral Siklik
4.2.1.1 Perilaku Histeresis Benda Uji Portal Utuh
Terhadap Beban lateral Siklik
Pengujian siklik pada portal utuh
dilakukan sampai drift mencapai 3.5%. Tiga siklus penuh diterapkan pada setiap
rasio drift. Gambar 4.3 memperlihatkan hasil pengujian siklik yang dilakukan
pada portal utuh, berupa kurva histeresis dengan beban pada sumbu axisnya dan
peralihan atap pada sumbu ordinatnya.
Pada pengamatan saat pengujian
diperoleh pola retak lentur pertama yang terjadi pada kolom bagian atas yaitu
pada level beban 12 KN arah pembebanan tarik dan perpindahan lateral sebesar
4.5 mm atau rasio drift sebesar 0.3 % (Gambar 4.4a). Sedangkan pola retak geser
pertama pada kolom khususnya pada daerah beam-column joint terjadi pada level
pembebanan arah tarik pada level beban 17.5 KN dan perpindahan lateral 6.75 mm
atau rasio drift 0.45 % (Gambar 4.4b). Seiring dengan peningkatan beban
kemudian terbentuk retakan-retakan baru pada kolom khususnya pada kolom bagian
atas dan bawah. Pada rasio drift 2.5 % pola retak mulai membesar, hal ini juga
terlihat dari semakin menggemuknya bentuk kurva.
Berdasarkan kurva histeresis
portal utuh (Gambar 4.3) diperoleh portal utuh mengalami leleh pertama kali
saat level gaya lateral -40 KN pada arah pembebanan tekan dengan peralihan atap
-17.5 mm atau rasio drift -1.17 %, sedangkan untuk arah pembebanan tarik leleh
pertama kali saat level gaya lateral 33.42 KN dengan perpindahan lateral 14.55
mm atau rasio drift 0.97%. Gaya lateral maksimum yang terjadi pada arah
pembebanan tarik sebesar 39.04 KN dan peralihan atap sebesar 29.43 mm atau
rasio drift 1.96%, sedangkan pada arah pembebanan tekan sebesar -46.123 KN dan
peralihan atap - 36.24 mm atau rasio drift -2.4% . Pengujian berlanjut dengan
penambahan rasio drift secara bertahap sampai drift rasio 3.5%. Kurva histeresis
secara keseluruhan yang diperoleh, memperlihatkan gambaran perilaku yang baik
karena tidak terjadi penurunan kekakuan dan kekuatan yang drastis.
Rangkuman
kondisi penting benda uji dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.2.
4.2.1.2
Perilaku Histeresis Benda Uji Portal Perbaikan Terhadap Beban lateral Siklik
Pengujian siklik pada portal
perbaikan dilakukan sampai drift mencapai 3.5%. Tiga siklus penuh diterapkan
pada setiap rasio drift. Gambar 4.5 memperlihatkan hasil pengujian siklik yang
dilakukan pada portal perbaikan, berupa kurva histeresis dengan beban pada
sumbu axisnya dan peralihan atap pada sumbu ordinatnya.
Pada pengamatan saat pengujian
diperoleh pola retak lentur pertama yang terjadi pada kolom yaitu pada level
beban 8.4 KN arah pembebanan tarik dan perpindahan lateral sebesar 6.65 mm atau
rasio drift sebesar 0.45 % (Gambar 4.6a). Sedangkan pola retak geser pertama
pada kolom khususnya pada daerah beam-column joint terjadi pada level
pembebanan arah tarik pada level beban 26.15 KN dan perpindahan lateral 14.72
mm
atau rasio drift 1 % (Gambar
4.6b). Seiring dengan peningkatan beban kemudian terbentuk retakan-retakan baru
pada kolom khususnya pada kolom bagian atas dan bawah. Pada rasio drift 2.5 %
pola retak mulai membesar, hal ini juga terlihat dari semakin menggemuknya
bentuk kurva.
Berdasarkan kurva histeresis
portal perbaikan (Gambar 4.6) diperoleh portal perbaikan mengalami leleh
pertama kali saat level beban 37 KN pada arah pembebanan tarik dengan
perpindahan lateral 27 mm atau rasio drift 1.8%, sedangkan untuk arah
pembebanan tekan leleh pertama kali saat level beban -43.5 KN dengan
perpindahan lateral -27.5 mm atau rasio drift -1.83%. Beban maksimum yang
terjadi pada arah pembebanan tarik sebesar 42.807 KN dan perpindahan lateral
sebesar 44.3 mm atau rasio drift 2.95%, sedangkan pada arah pembebanan tekan
sebesar -48.64 KN dan perpindahan lateral -44.56 mm atau rasio drift -2.97% .
Pengujian berlanjut dengan penambahan rasio drift secara bertahap sampai drift
rasio 3.5%. Kurva histeresis secara keseluruhan yang diperoleh, memperlihatkan
gambaran perilaku yang baik karena tidak terjadi penurunan kekakuan dan
kekuatan yang drastis.
Rangkuman
kondisi penting benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.5.
4.2.2 Perbandingan Kurva Envelop Portal Beton
Bertulang
Berdasarkan kurva histeresis yang
diperoleh dari hasil eksperimental dapat dibentuk kurva envelop untuk
menggambarkan pembebanan monotonik dari Benda uji Portal terbuka tersebut yang
dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Berdasarkan kurva envelop dari hasil pengujian portal
utuh dan portal perbaikan, maka diperoleh:
1.
Portal perbaikan memiliki
kapasitas lateral maksimum lebih tinggi 5.5 % dibanding portal utuh. Hal ini
enunjukkan bahwa kapasitas lateral portal utuh dan portal perbaikan relatif
sama.
2.
Kekakuan
portal utuh untuk level drift dibawah 2% lebih besar dibanding portal
perbaikan. Hal ini terlihat pada level beban tertentu drift yang dicapai oleh
portal utuh memiliki drift lebih kecil dibandingkan portal perbaikan. Pada
drift diatas 2 % terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan efek perbaikan struktur
mulai bekerja.
3.
Portal utuh dan portal perbaikan
mengalami pelelehan tulangan pada level beban yang relatif sama, tetapi portal
perbaikan mengalami perpindahan lateral / drift yang lebih besar dibandingkan
dengan portal utuh.
4.
Baik pada portal utuh maupun
portal perbaikan, saat level beban gempa maksimum dengan perpindahan
lateral/drift maksimum tetap bisa mempertahankan kekuatannya.
4.2.3 Disipasi Energi
Gafik energi disipasi dan energi
input setiap siklus pembebanan disajikan pada Gambar 4.8 dan 4.9. Grafik
perbandingan energi disipasi portal utuh dan portal perbaikan disajikan pada
gambar 4.10. Pada Gambar 4.8 dan 4.9 terlihat pada setiap spesimen baik energi
disipasi portal utuh maupun portal perbaikan cenderung meningkat setiap adanya
peningkatan level drift, tetapi untuk setiap siklus pengulangan pada setiap
level drift yang sama besarnya energi disipasi cenderung menurun. Hal ini
disebabkan karena perkembangan retak pada level drift yang sama relatif konstan
(tidak terbentuk retak baru yang signifikan) atau hanya terjadi pelebaran retak
pada lokasi yang sama. Berdasarkan Gambar 4.10 disipasi energi yang terjadi
pada portal utuh lebih stabil dibandingkan dengan portal perbaikan. Hal ini
terlihat dari besarnya energi disipasi kumulatif pada portal utuh lebih besar
daripada portal perbaikan. Total energi disipasi kumulatif portal utuh sebesar
6794.22 KNmm pada pembebanan mencapai drift 3.5% siklus ke 3, sedangkan pada
portal perbaikan total energi disipasi kumulatif sebesar 4587.99 KNmm pada
pembebanan mencapai drift 3.5% siklus ke 3.
Untuk melihat kestabilan sistem
struktur pada level perpindahan maksimum, ACI 374.1-05 mensyaratkan rasio
energi disipasi relatif pada siklus terakhir pada pembebanan siklik tidak boleh
kurang dari 1/8 (0,125). Gambaran umum mengenai rasio energi disipasi relatif
dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Rasio energi disipasi relatif β
didefinisikan sebagai perbandingan luas daerah yang diarsir tehadap luas daerah
ABCD dan DFGA. Nilai rasio energi disipasi relatif disajikan pada tabel 4.4.
Mengacu pada hasil pengujian yang
telah dilakukan, rasio energi disipasi relatif β pada model portal terbuka
lebih besar dari 1/8(0.125), sehingga masih memenuhi kriteria yang disyaratkan
ACI 374.1-05 atau dengan kata lain struktur masih memiliki kemampuan untuk
menjaga stabilitasnya sebelum runtuh.
Disipasi energi umumnya terlihat
dalam bentuk kerusakan dan keretakan pada elemen struktur. Pola Peretakan yang
terjadi disajikan pada gambar 4.12. Berdasarkan pengamatan saat pengujian
diperoleh pola retak yang terjadi pada portal utuh maupun portal perbaikan
akibat beban siklik menunjukkan pola retak yang relatif sama. Retak pertama
baik pada portal merupakan retak lentur yang sebagian besar terjadi pada kolom
bagian atas dan bawah (tumpuan) dan sambungan balok dan kolom, serta disusul
dengan retak geser. Berdasarkan pengamatan visual lebar retak yang terjadi pada
portal terbuka kurang dari 0.3 cm, dan terjadi rompal pada daerah sendiplastis.
Sketsa pola keruntuhan akhir disajikan pada gambar 4.13.
4.2.4 Kekuatan dan Kekakuan
Penurunan kekuatan pada portal utuh terlihat dari
penurunan beban puncak dalam setiap drift setiap siklus pengujian, hal ini bisa
dilihat pada gambar 4.14.
Berdasarkan Gambar 4.15 Spesimen
yang digunakan dalam penelitian mengalami penurunan kekakuan akibat pembebanan
siklik. Penurunan kekakuan mengakibatkan penurunan kemampuan sruktur dalam
menahan beban. Seiring dengan banyaknya siklus pembebanan, penurunan kekakuan
juga akan semakin terlihat. Berdasarkan gambar 4.15 pada awal drift yaitu drift
0.2 % terlihat kekakuan struktur portal perbaikan memiliki kekakuan yang lebih
rendah ± 44% dari portal utuh. Mulai drift ± 2 % kekakuan portal perbaikan
relatif sama dengan portal utuh.
4.2.5 Daktilitas
Berdasarkan
FEMA 356 tabel 6.6 nilai maksimum untuk daktilitas perpindahan
yaitu:
(1) Low ductility demand : µu <
2
(2) Moderate ductility demand : µu = 2
- 4
(3) High Ductility demand : µu >
4
Berdasarkan Tabel 4.5 Daktilitas
portal utuh lebih tinggi dibanding portal perbaikan. Makin tinggi nilai µ yang
dimiliki struktur, makin rendah pula nilai beban gempa yang menyebabkan
pelelehan pertama.
Berdasarkan hasil pengujian,
portal perbaikan memiliki kapasitas lateral yang relatif sama dengan portal
perbaikan.Portal utuh dan portal perbaikan mengalami pelelehan tulangan pada
level beban yang relatif sama, tetapi portal perbaikan mengalami perpindahan
lateral / drift yang lebih besar dibandingkan dengan portal utuh. Besarnya
energi disipasi kumulatif pada portal utuh lebih besar daripada portal
perbaikan. Daktilitas portal utuh lebih tinggi dibanding portal perbaikan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa portal utuh tetap memberikan
kinerja yang lebih baik dari portal perbaikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih juga diberikan pada pihak-pihak
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan jurnal ini, terutama
kepada Bapak Iswandi Imran selaku pembimbing, seluruh staff dan teknisi
Laboratorium Struktur dan Bahan, Teknik Sipil ITB serta teknisi Laboratorium
Mekanika Struktur PAU ITB, atas segala bantuan dan fasilitas yang diberikan
selama penulis melaksanakan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al-Chaar, G., Issa, M., Sweeney,
S. (2002). ”Behaviour of Masonry-Infilled Nonductile Reinforced Concrete
Frames”, J. Struct. Engrg., ASCE, 128(8), 1055-1063.
2.
American Society for Testing and
Materials. (1997). “Standard Test Method and Definitions for Mechanical Testing
of Steel Product”, ASTM A 370-97, American Society for Testing and Materials,
Philadelphia.
3.
American Society for Testing and
Materials. (1994). “Standard Test Method for Compressive Strength of
Cylindrical Concrete Specimens”, Volume 04.02, ASTM C 39, American Society for
Testing and Materials, Philadelphia.
4.
American Concrete Institute.
(2005). “Acceptance Criteria for Moment Frames Based on Structural Testing and
Commentary”, ACI 374.1, American Concrete Institute.
5.
Aryanto, A. (2008). “Kinerja
portal beton bertulang dengan dinding Pengisi bata ringan terhadap beban
gempa”.
6.
Federal Emergency management
Agency. (2000). “Prestandard and commentary for The Seismic Rehabilitation Of
Buildings”, FEMA 356.
7.
Ghobarah, A. (2004). “On Drift
Limits Associated with Drift Level”, Proceeding of The International
Workshop-The Pacific Eartquake Engineering Research Center.
118 Jurnal
Teknik Sipil Volume 10 Nomor 2, Oktober 2014 : 92-203
8.
Guner, S., dan Vecchio, F.J.
(2010). ”Pushover Analysis of Shear-Critical Frames:Verification
and Application”. ACI Structural Journal, Vol 107, No. 1. S-07.
9.
Imran, I., Hoedajanto, D., dan
Suharwanto. (2005). “Lessons from Aceh Earthquake; Performance Study of Office
Building in Banda Aceh”, Proceedings of HAKI Conference, Conference of
Earthquake & Tsunami, Jakarta.
10.
Imran, I., Suarjana, M.,
Hoedajanto, D., Soemardi, B., Abduh, M. (2006). “Lessons from Yogyakarta
Earthquake; Performance Study of Office Building”, HAKI Journal, Vol. 7, No.1,
pp. 1-13.
11.
Imran, I., Ismail, F., Sumiartha,
P.,Nawir, H. (2007). “The 6 March 2007 West Sumatra Earthquake: Lessons Learned
and recommendations”, International Workshop on Earthquake Engineering and
Tsunami, Padang. July 2007.
12.
Mehrabi, A. B., Shing, P. B.,
Schuller, M., and Noland, J. (1996). ‘‘Experimental evaluation of
masonry-infilled RC frames.’’ J. Struct. Eng.ASCE, 122(3), 228–237.
13.
Paulay, T and Priestley, M.J.N.
(1992). “Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Building”, J. Wiley
and Sons, NY, 744 pp.
14.
Park, R dan Paulay, T. (1975).
“Reinforced concrete Structures”, John Wiley, Canada.
15.
Standar Nasional Indonesia.
(2000). ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”,
SNI-03-2847-2002, Standar Nasional Indonesia.
16.
Standar Nasional Indonesia.
(2002). “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung”, SNI
03-2847-2002, Standar Nasional Indonesia.
17.
Stoppenhagen, D.R., Jirsa,J.O.,
and Wyllie, L.A. (1995). “Seismic Repair and Strengthening of Severaly Damaged
Concrete Frame.” ACI Structural Journal, Vol 92, No. 2. S-17.
18.
Vecchio, F.J, dan Emara, M.B.
(1992). ”Shear Deformations in Reinforced Concrete Frames.” ACI Structural
Journal.
Komentar
Posting Komentar